Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid
yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang
umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari
bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua)
adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan
biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan
lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavonoid sering
terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpun di vakuolasel
tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Flavonoid merupakan senyawa fenol alami terbesar. Penyebarannya di alam,
kegunaannya dalam kehidupan menjadikan flavonoid adalah senyawa kimia organik
yang penting. Senyawa flavonoid adalah senyawa C15 yang terbentuk 2 senyawa
fenol yang terhubung dengan 3 unit karbon. Karakteristik dari siklik A adalah
pola dari phloroglucinol atau resorcinol hydroxylation dan siklik B biasanya
4-, 3.4-, atau 3,4,5-hydroxylated. (Geissman, 1969)
Prinsip dari pemisahan (isolasi)
adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecendrungan
dari molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul
untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan
serbuk labus (adsorpsi, penserapan) (Harborne, 1987).
Salah satu cara pemisahan adalah
kromatografi cair vakum, kromatografi cair vakum adalah kromatografi kolom yang
dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang digunakan terdiri dari
corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta
wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi 2,5 cm,
kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan dalam pelarut
organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut ditambahkan
adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak. Campuran ini digenis sampai
homogen, dikeringkan dan dimasukkan ke dalam corong G-3 kemudian diratakan.
Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring. Elusi diawali dengan
pelarut non polar dilarutkan dengan kombinasi pelarut dengan polaritas
meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan setiap kali elusi untuk bobot ekstrak
sampai lima gram diperlukan 25 ml pelarut, untuk 10-30 gram ekstrak diperlukan
50 ml pelarut. Dalam hal ini, diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga
lapisan ekstrak dipermukaan kolom setipis mungkin dan rata. Masing-masing
pelarut dituangkan ke permukaan kolom kemudian dihisapkan pompa vakum.
Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah terpisah sehingga menghasilkan
sejumlah fraksi (Soediro, dkk.,1986).
Ø
Isolasi
Flavonoid
Isolasi flavonoid umumnya
dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi atau sokletasi
menggunakan pelarut yang dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya
larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon,
flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut semipolar.
Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk tujuanskrining maupun isolasi,
umumnya menggunakan pelarut methanol atauetanol. Hal ini disebabkan karena
pelarut ini bersifat melarutkan senyawa–senyawa mulai dari yang kurang polar
sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang kental, selanjutnya
dipisahkankandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi, yang biasanyaberdasarkan
kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996).
Senyawa flavonoid diisolasi
dengan tekhnik maserasi,mempergunakan poelarut methanol teknis. Ekstraksi
methanol kental kemudian dilarutkan dalam air. Ekstrak methanol–air kemudian
difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Masing–masing fraksiyang
diperoleh diuapkan, kemudian diuji flavonoid. Untuk mendeteksiadanya flavonoid
dalam tiap fraksi, dilakukan dengan melarutkansejumlah kecil ekstrak kental
setiap fraksi kedalam etanol.Selanjutnya ditambahkan pereaksi flavonoid seperti
: natriumhidroksida, asam sulfat pekat, bubuk magnesium–asam klorida pekat,atau
natrium amalgam–asam klorida pekat. Uji positif flavonoidditandai dengan
berbagai perubahan warna yang khas setiap jenisflavonoid (Geissman, 1962).
Cara lain yang dapat dipakai
untuk pemisahan adalah ekstraksi cair-cair, kromatografi kolom, kromatografi
lapis tipis dan kromatografi kertas. Isolasi dan pemurnian dapat dilakukan
dengan kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas preparatif dengan
pengembangan yang dapat memisahkan komponen paling baik (Harborne, 1987). Flavonoid
(terutama glikosida) mudah mengalami degradasi enzimatik ketika dikoleksi dalam
bentuk segar. Oleh karena itu disarankan koleksi yang dikeringkan atau
dibekukan. Ekstraksi menggunakan solven yang sesuai dengan tipe flavonoid
yg dikehendaki. Polaritas menjadi pertimbangan utama. Flavonoid kurang polar
(seperti isoflavones, flavanones, flavones termetilasi, dan flavonol)
terekstraksi dengan chloroform, dichloromethane, diethyl ether, atau ethyl
acetate, sedangkan flavonoid glycosides dan aglikon yang lebih polar
terekstraksi dengan alcohols atau campuran alcohol air. Glikosida meningkatkan
kelarutan ke air dan alkohol-air. Flavonoid dapat dideteksi dengan
berbagai pereaksi, antara lain sitrobat, AlCl3 dan NH3.
Sebelum melakukan suatu isolasi
senyawa, maka yang dilakukan adalah ekstraksi terlebih dahulu. Ekstraksi
artinya mengambil atau menarik suatu senyawa yang terdapat dalam suatu
bahan dengan pelarut yang sesuai. Proses yang terjadi dalam ekstraksi
adalah terlarutnya senyawa yang dapat larut dari sel melalui difusi, tergantung
dari letak senyawa dalam sel dan juga permeabilitas dinding sel dari bahan yang
akan di ekstraksi.
Ekstraksi adalah suatu proses
atau metode pemisahan dua atau lebih komponendengan menambahkan suatu pelarut
yang hanya dapat melarutkan salahsatu komponennya saja. Dalam prosedur
ekstraksi, larutan berair biasanya dikocok dengan pelarutorganik yang tak dapat
larut dalam sebuah corong pemisah. Zat – zatyang dapt larut akan terdistribusi
diantara lapisan air dan lapisanorganik sesuai dengan (perbedaan) kelarutannya.
Padaekstraksi senyawa – senyawa organik dari larutan berair, selain airatau
eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena, kloroform dan sebagainya.
Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
yanglebih kecil dari pada bila jumlah pelarutnya banyak tapi ekstraknyahanya
sekali (Markham, 1988).
Metode ekstraksi terdiri atas dua jenis yakni
ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Ekstraksi panas menggunakan cara refluks
dan destilasi uap sedangkan ekstraksi secara dingin menggunakan cara
maserasi,perkolasi dan soxhletasi.
Flavonoid terutama berupa senyawa
yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada
dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi.
Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa
atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram atau dalam larutan
(Harborne, 1987 : 70).
Cara Isolasi Flavonoid
Secara Umum
1. Isolasi Dengan
metanol
Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap.
Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu
dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak
disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol
menguap dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam
corong pisah) dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti
lemak, terpen, klorofil, santifil dan lain-lain
2. Isolasi Dengan
Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak
kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu
ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai
kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan
ditambah lagi pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan
didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol,
setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase
n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering,
mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga
fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen yang ada dalam
setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom. Metode ini sangat baik
dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan
pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa
pelarut.
Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh
dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etanol pekat dilarutkan dalam air
lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan
demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
4. Identifikasi Dengan
Reaksi warna
a. Uji
WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa
yang mempunyai inti δ benzopiron. Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi
Wilstater adalah sebagai berikut:
- Jingga Daerah untuk golongan
flavon.
- Merah krimson untuk golongan
fLavonol.
- Merah tua untuk golongan
flavonon.
b. Uji BATE SMITH MATECALVE
Reaksi warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa
leukoantosianin, reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau
warna ungu.
Ø
Contohnya
Isolasi
Penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan dan determinasi bahan, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakteristik simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi, pemantauan ekstrak, fraksinasi, pemantauan fraksi, pemurnian, uji kemurnian dan karakterisasi isolat.
Ekstraksi simplisa dilakukan dengan cara panas secara sinambung menggunakan alat Soxhlet. Pelarut yang digunakan berturut-turut n-heksana-etil asetat-etanol. Pemantauan ekstrak dilakukan dengan menggunakan pengembang yang sesuai, penampak bercak H2SO4 10% dalam metanol dan AlCl3 5% dalam etanol.
Penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan dan determinasi bahan, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakteristik simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi, pemantauan ekstrak, fraksinasi, pemantauan fraksi, pemurnian, uji kemurnian dan karakterisasi isolat.
Ekstraksi simplisa dilakukan dengan cara panas secara sinambung menggunakan alat Soxhlet. Pelarut yang digunakan berturut-turut n-heksana-etil asetat-etanol. Pemantauan ekstrak dilakukan dengan menggunakan pengembang yang sesuai, penampak bercak H2SO4 10% dalam metanol dan AlCl3 5% dalam etanol.
Ekstrak yang terdeteksi mengandung flavonoid dan mempunyai pola kromatogram yang dapat memisahkan semua bercak pada KLT, difraksinasi dengan Kromatografi Cair Vakum menggunakan fase diam silika gel 60 H dan eluen landaian yaitu n-heksana-etil asetat-etanol dengan kepolaran meningkat. Pemantauan fraksi dilakukan dengan menggunakan pengembang yang sesuai, penampak bercak H2SO4 10% dalam metanol dan AlCl3 5% dalam etanol.
Fraksi-fraksi yang terdeteksi mengandung flavonoid dan memiliki pola kromatogram yang dapat memisahkan semua bercak pada KLT, dimurnikan dengan KLT preparatif menggunakan pengembang yang sesuai. Bagian kanan dan kiri pelat KLT preparatif disemprot dengan AlCl3 5% dalam etanol. Pita hasil preparatif diekstraksi dengan metanol, disaring, dipekatkan kemudian diuji kemurniannya dengan KLT tiga pengembangan tunggal dan KLT dua dimensi. Karakterisasi isolat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dan spektrofotometri inframerah.
Hasil penapisan fitokimia simplisia umbi lapis kucai menunjukkan adanya flavonoid, saponin dan steroid/triterpenoid. Dari ekstrak etil astat diisolasi isolat x yang diperoleh diduga adalah senyawa flavonoid golongan isoflavon yang mengandung gugus C-H alifatik, C=C alifatik, C-O-C, gugus aromatik dan –OH pada posisi atom C no 5 dan atau 3’,4’
( Sekolah Farmasi ITB http://bahan-alam.fa.itb.ac.id )
Permasalahan :
Menurut artikel diatas, Isolasi
flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi
atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid
pada umumnya larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas seperti
isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam
pelarut semipolar.
Yang ingin saya tanyakan kenapa
flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi
lebih mudah larut dalam pelarut semipolar. Apa yang menyebabkan hal itu ? dan
bagaimana jika flavonoid bebas di ektraksi menggunakan pelarut polar, apa yang
akan terjadi dan bagaimana hasilnya ? tolong jelaskan menurut pendapat anda !
saya akan menjawab pertanyaan saudari
BalasHapusmenurut litelatur yang saya baca,, flavonoid bebas merupakan senyawa yang sifat kelarutan yang kurang polar sehingga jenis pelarut yang digunakan juga pelarut yang kurang polar seperti kloroform dan eter. jika digunakan adalah pelarut polar, maka yang akan terjadi adalah senyawa flavonid bebas tidak akan semua nya larut dalam pelarut polar.
1. Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara, sama-sama telah kita ketahui bahwa jika kita ingin mengekstraksi suatu sampel maka kita harus tau dulu kriteria apa yang dimiliki oleh zat tersebut, sehingga akan memudahkan kita untuk mengisolasinya. Jika zat yang akan kita isolasi itu bersifat polar, semi polar dan non polar maka kita harus juga menggunakan pelarut yang bersifat demikian juga, karena agar sampel yang akan kita isolasi dapat larut dalam pelarut tersebut. Jadi, menurut saya senyawa flavonoid yang bebas yg seperti anda sebutkan tadi bersifat kurang polar sehingga harus menggunakan pelarut semi polar juga. Dan jika dilakukan dengan pelarut polar maka zat tersebut tidak akan larut seluruhnya sehingga zat yang didapat pun tidak akan maksimal. Trims
BalasHapusdaftar pustaka untuk monache itu mna mbk??
BalasHapus