Umumnya
alkaloid mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1
atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa
amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya
bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal
tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti;
nikotin dan koniin berupa cairan.Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi
beberapa senyawa yang kompleks, spesies aromatik berwarna (contoh berberin
berwarna kuning dan betanin berwarna merah).Pada umumnya, basa bebas alkaloid
hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan
protoalkaloid larut dalam air.Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat
larut dalam air.Kebanyakan alkaloid bersifat basa.Sifat tersebut tergantung
pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus
alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat
basa.Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih
basa daripada etilamin.Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral
atau bahkan sedikit asam.Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan
alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi,
terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.Hasil dari reaksi ini
sering berupa N-oksida.Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama.Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi.Itulah sebabnya
dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
Untuk itu
pada struktur alkaloid juga memiliki ketentuan-ketentuannya, beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penentuan struktur alkaloid :
Dua metode
yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall,
meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan
80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan
kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,
disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan
pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka
konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan,
alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini
menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman
mengandung alkaloid.
Kromatografi
dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan
alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom
terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis.
Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi.
Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan
noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan
bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga
memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum
lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood,
dan antimon (III) klorida.
Mengidentifikasi
dan penentuan struktur pada senyawa bahan alam ini kita dapat juga
menggunkan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis), Spektrofotometer UV
(Ultra Violet), Spektrofotometer FT-IR ( Fourier Transform Infra Red ),
Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance ) ini merupakan metode untuk
penentuan struktur pada senyawa bahan alam. Pertama senyawa hasil isolasi
tersebut misalnya identifikasinya kafein dapat dilakukan dengan uji kemurnian
kafein dengan KLT dengan menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat
kemudian diidentifikasi dengan Spektrofotometer UV (Ultra Violet),
Spektrofotometer FT-IR, setelah diproleh hasilnya kemudian menggunakan Spektrofotometer
infra merah kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar dari senyawa
yang diuji, kemudian untuk mengetahui ikatan rangkap menggunakan metode Spektrofotometer
UV (Ultra Violet) dan pada pengaruh pelarut tersebut kemudian untuk mengetahui
gugus fungsional menggunakan Spektrofotometer IR dimana dapat mengetahui jenis
senyawa tersebut dan setelah itu untuk mengetahui jumlah atom C pada senyawa
dan untuk menentukan jumlah dan jenis senyawa hidrogen H yaitu menggunakan
metode Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance ).
Spektrum Inframerah
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000 µm atau pada bilangan gelombang
13.000 – 10 cm-1. Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan
dengan daerah inframerah. Vibrasi molekul dapat dideteksi dan diukur pada
spektrum infamerah. Penggunaan spektrum inframerah untuk penentuan struktur
senyawa organik biasanya antara 650-4.000 cm-1. Daerah di bawah frekuensi 650
cm-1 dinamakan inframerah jauh dan daerah di atas frekuensi 4.000 cm-1
dinamakan inframerah dekat (Sudjadi, 1983). Pada prinsipnya bahwa spektrum
inframerah adalah untuk mengetahui jenis gugus fungsi pada suatu senyawa.
Spektrum inframerah akan memberikan -piron,aserapan yang kuat pada daerah
1700-1750 cm-1 yang berupa ester sedangkan yang -piron keluar pada
serapan 1650 cm-1.
Gambar diatas merupakan SPektrum IR dari kafein,
dari spektrum ini dapat diketahui ada
beberapa gugus fungsi dalam kafein, seperti C=C pada senyawa aromatic didaerah serapan 1500-1600, C-H pada
senyawa aromatic didaerah serapan 3000-3100, C-N pada amina didaerah 1180-1360,
N-H pada amina didaerah 3310-3500.
spektroskopi UV-VIS
Umumnya spektroskopi dengan sinar ultraviolet
(UV) dan sinar tampak (VIS) dibahas bersama karena sering kedua pengukuran
dilakukan pada waktu yang sama. Karena spektroskopi UV-VIS berkaitan dengan
proses berenergi tinggi yakni transisi elektron dalam molekul, informasi yang
didapat cenderung untuk molekul keseluruhan bukan bagian-bagian molekulnya.
spetroskopi UV-VIS sangat kuantitatif dan jumlah sinar yang diserap oleh sampel
diberikan oleh ungkapan hukum Lambert-Beer. Dengan mengukur transmitans larutan
sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer dipenuhi berapapun panjang gelombang sinar
yang diserap sampel. Panjang gelombang sinar yang diserap oleh sampel
bergantung pada struktur molekul sampelnya. Jadi spektrometri UV-VIS dapat
digunakan sebagai sarana penentuan struktur.
Gambar ini
merupakan spectrum UV dari kafein
Spektroskopi NMR
Resonansi Magnetik Inti (NMR) spektroskopi
adalah alat yang tersedia untuk menentukan struktur senyawa organik. Teknik ini
bergantung pada kemampuan inti atom berperilaku seperti sebuah magnet kecil dan
menyesuaikan diri dengan medan magnet eksternal. Biasanya digunakan untuk mengidentifikasi atau menjelaskan informasi struktur
rinci tentang senyawa kimia. Prinsip kerja dari NMR yaitu untuk mendapatkan
inti dalam molekul dalam arah yang sama sehingga nantinya medan magnet
yang seseuai dengan molekul akan dikonversi menhadi spektra NMR sehingga
struktur molekul dapat teridentifikasi.
Permasalahan :
Resonansi Magnetik Inti (NMR)
spektroskopi adalah alat yang tersedia untuk menentukan struktur senyawa
organik. Teknik ini bergantung pada kemampuan inti atom berperilaku seperti
sebuah magnet kecil dan menyesuaikan diri dengan medan magnet eksternal.
Biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi atau menjelaskan informasi struktur rinci tentang senyawa
kimia. Prinsip kerja dari NMR yaitu untuk mendapatkan inti dalam molekul
dalam arah yang sama sehingga nantinya medan magnet yang seseuai dengan molekul
akan dikonversi menjadi spektra
NMR sehingga struktur molekul dapat teridentifikasi. Yang ingin
saya tanyakan bagaimana jika dalam
proses penentuan struktur menggunakan NMR ini yang ditemukan adalah inti atom
dalam molekul tidak dalam arah yang sama ? apakah akan mempengaruhi panjang
gelombang dan penentuan bentuk strukturnya ?
dari artikel yang anda tulis telah dijelaskan bahwa prinsip kerja dari NMR yaitu untuk mendapatkan inti dalam molekul dalam arah yang sama sehingga nantinya medan magnet yang sesuai dengan molekul akan dikonversi menjadi spektra NMR sehingga struktur molekul dapat teridentifikasi. jadi dari artikel tersebut, menurut saya jika suatu inti atom dalam molekul tidak dalam arah yang sama maka tidak akan teridentifikasi sehingga tidak akan ada panjang gelombang yang akan dihasilkan serta penentuan bentuk strukturnya pun tidak dapat diketahui.
BalasHapusdikatakan bahwa prinsip kerja dari NMR yaitu untuk mendapatkan inti dalam molekul dalam arah yang sama sehingga nantinya medan magnet yang seseuai dengan molekul akan dikonversi menjadi spektra NMR sehingga struktur molekul dapat teridentifikasi.
BalasHapusdalam sampel tersebut mungkin terdapat inti dalam molekul dengan arah yang berbeda tetapi tidak dapat dikonversikan menjadi spektra NMR. jadi pada hasil spektrometer tidak akan terlihat dan tidak akan terdeteksi sehinnga tidak dapat diketahui strukturnya.